Selasa, 19 Januari 2021

Arti Sisi Jurnalisme Dakwah

 Mengenal Sisi Jurnalisme Dakwah

Mengenal jurnalisme dakwah berarti mengenal 2 bahasa sekaligus. Sisi kejurnalisan nya juga makna berdakwah nya, Seperti sepasang sepatu kedaunya berdampingan. Scara langsung kita berhadapan dengan media yg mana isinya merujuk kepada syiar agama. Mengangkat isu amal ma’ruf nahi mungkar.

 Di sisi lain, pengangkatan tentang isu ke agamaan kpd media memang lah sensitif. Terlebih jika di bahas bukan dengan pakar nya, namun tidak menggugurkan kita selaku penganut agama islam untuk mengsyiarkan ajarannya kepada masyarakat umum. Walaupun background kita bukan ustdz/ah. Ini telah di terangkan di sebuah hadist “Barangsiapa diantara kalian yang melihat kemunkaran, hendaknya dia merubah dengan tangannya, kalau tidak bisa hendaknya merubah dengan lisannya, kalau tidak bisa maka dengan hatinya, dan yang demikian adalah selemah-lemah iman.” (HR. Muslim)

 Dalam konteks syiar yg di Kelola dalam Jurnalisme Dakwah berarti kita sudah mengangkat salah satu kewajiban kita sebagai khalifah allah. Terlebih seperti yg kita rasakan sekarang adanya penusukan Ghozul Fikri sebuah perang pemikiran, yg lambat laun mencuci perlahan fikiran kita terhadap suatu zaman yg sedang kita hadapi. Hal ini terasa sangat jelas yg mana Ketika banyaknya ulama ulama terhambat dalam berdakwah, tempatnya menjadi terbatas, ruang dan waktunya  menjadi sesaat. Siapa lagi dalang di balik ini jika bukan musuh islam itu sendiri. Maka bidang jurnalisme ini harus di tumbuh kembangi karena “Jika bukan konten yg baik  muncul/tenar, maka konten yg buruklah yg akan menguasai”.

 Scara garis besar dakwah itu di bagi menjadi lima, yaitu: lisan, tulisan, lukisan, audio visual, dan akhlak.

Yang pertama adalah lisan, media ini merupakan media yang paling sederhana, hanya menggunakan panca indera kita yaitu suara dan lidah. Media ini dapat berbentuk pidato, ceramah, kuliah, penyuluhan, dan sebagainya. Yang kedua adalah tulisan, media dakwah ini dapat melalui buku, majalah, surat kabar, korespondensi (surat, e-mail), spanduk, dan lain-lain. Yang ketiga, media dakwah dapat melalui lukisan, gambar, karikatur dan lain sebagainya. Yang keempat  media dakwah Audio Visual yaitu alat dakwah yang dapat merangsang panca indra pendengaran atau penglihatan dan kedua-duanya, bisa berbentuk televisi, slide, internet dan sebagainya. Yang terakhir, akhlak yaitu perbuatan-perbuatan nyata yang mencerminkan ajaran islam, yang dapat dinikmati dan didengarkan oleh mad‟u (orang yang menerima pesan dakwah).

Begitu banyak cara kita untuk berdakwah, semua Kembali pada Action kita terhadap kepedualian agama juga negara. Jika bukan kita yg menyebarkan maka orang yg melencenglah yg akan meresahkan.

 

Lalu apasih peluang jurnalisme dakwah dalam digital?

Informasi teknologi yang berkembang dengan sangat pesat telah berdampak kepada berubahnya pola kerja jurnalistik saat ini, termasuk kegiatan dakwah di mana sebagian besar praktiknya berkolaborasi langsung dengan jurnalistik sebagai sebuah ilmu dan keterampilan menyampaikan pesan. Dakwah yang dikemas stereotif tidak dapat dibiarkan berlama-lama sementara peluang masuk wilayah teknologi digital semakin luas, di mana predator pasar internet di Indonesia mencapai 899,97 juta jiwa pengakses. Dapat diibaratkan itu sebagai ceruk atau mad’u atau objek dakwah yang dapat digarap para dai. Jurnalistik sebagai kegiatan mencari atau memproduksi pesan tidak berhenti sebagai kajian ilmu terapan di tangan para cendekia muslim saat ini. Proses keterampilan jurnalisme yang mengusung hakikat kebenaran dapat dimodifikasi menjadi sebuah kegiatan atau proses penyajian kebenaran yang bersumber dari Al-Quran dan hadits Nabi, itulah makna dari Jurnalisme Dakwah. Jurnalisme Dakwah dapat menjadi model dalam pengembangan dakwah masa depan saat manusia tidak bisa lepas dari internet, tentunya dengan memperhatikan beberapa hal penting dalam studi jurnalisme secara umum sebagai panduan dasar dan pengembangan ilmu dakwah yang juga menempatkan kegiatan tabligh (penyiaran) sebagai bagian disiplin dakwah terapan di era digital.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Siap Mengabaikan Resiko Vaksin?

  Apakah vaksin yang dikembangkan dalam waktu singkat benar-benar aman? Reaksi imunisasi normal apa yang bisa diprediksi? Apakah ada efek sa...