Mengenal Sisi Jurnalisme Dakwah
Mengenal jurnalisme dakwah berarti mengenal 2 bahasa sekaligus. Sisi kejurnalisan nya juga makna berdakwah nya, Seperti sepasang sepatu kedaunya berdampingan. Scara langsung kita berhadapan dengan media yg mana isinya merujuk kepada syiar agama. Mengangkat isu amal ma’ruf nahi mungkar.
Yang pertama
adalah lisan, media ini merupakan media yang paling sederhana, hanya
menggunakan panca indera kita yaitu suara dan lidah. Media ini dapat berbentuk
pidato, ceramah, kuliah, penyuluhan, dan sebagainya. Yang kedua adalah
tulisan, media dakwah ini dapat melalui buku, majalah, surat kabar,
korespondensi (surat, e-mail), spanduk, dan lain-lain. Yang ketiga,
media dakwah dapat melalui lukisan, gambar, karikatur dan lain sebagainya. Yang
keempat media dakwah Audio Visual
yaitu alat dakwah yang dapat merangsang panca indra pendengaran atau
penglihatan dan kedua-duanya, bisa berbentuk televisi, slide, internet dan
sebagainya. Yang terakhir, akhlak yaitu perbuatan-perbuatan nyata yang
mencerminkan ajaran islam, yang dapat dinikmati dan didengarkan oleh mad‟u
(orang yang menerima pesan dakwah).
Begitu
banyak cara kita untuk berdakwah, semua Kembali pada Action kita terhadap kepedualian
agama juga negara. Jika bukan kita yg menyebarkan maka orang yg melencenglah yg
akan meresahkan.
Lalu apasih peluang jurnalisme dakwah dalam digital?
Informasi
teknologi yang berkembang dengan sangat pesat telah berdampak kepada berubahnya
pola kerja jurnalistik saat ini, termasuk kegiatan dakwah di mana sebagian
besar praktiknya berkolaborasi langsung dengan jurnalistik sebagai sebuah ilmu
dan keterampilan menyampaikan pesan. Dakwah yang dikemas stereotif tidak dapat
dibiarkan berlama-lama sementara peluang masuk wilayah teknologi digital semakin
luas, di mana predator pasar internet di Indonesia mencapai 899,97 juta jiwa
pengakses. Dapat diibaratkan itu sebagai ceruk atau mad’u atau objek dakwah
yang dapat digarap para dai. Jurnalistik sebagai kegiatan mencari atau
memproduksi pesan tidak berhenti sebagai kajian ilmu terapan di tangan para
cendekia muslim saat ini. Proses keterampilan jurnalisme yang mengusung hakikat
kebenaran dapat dimodifikasi menjadi sebuah kegiatan atau proses penyajian
kebenaran yang bersumber dari Al-Quran dan hadits Nabi, itulah makna dari
Jurnalisme Dakwah. Jurnalisme Dakwah dapat menjadi model dalam pengembangan
dakwah masa depan saat manusia tidak bisa lepas dari internet, tentunya dengan
memperhatikan beberapa hal penting dalam studi jurnalisme secara umum sebagai
panduan dasar dan pengembangan ilmu dakwah yang juga menempatkan kegiatan tabligh (penyiaran)
sebagai bagian disiplin dakwah terapan di era digital.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar